Simo Hayha semula hanyalah seorang petani dan pemburu yang telah melewati masa wajib militer 1 tahunnya. Ketika Uni Soviet menyerang Finlandia di tahun 1939, dia memutuskan untuk membantu kampung halamannya. Karena area perperangan kebanyakan di dalam hutan, Hayha menentukan taktik terbaik adalah dengan bersembunyi di pepohonan ditemani sepucuk senapan dan beberapa kaleng makanan.
Simo Hayha lahir pada tanggal 17 Desember 1905 atau 1906 di sebuah kota Rautajärvi, Finlandia, dekat perbatasan Uni Soviet. sebelumnya Simo Hayha menghabiskan sebagian besar waktunya untuk berburu dan bertani. Pada tahun 1925 Simo Hayha bergabung dengan angkatan bersenjata Finlandia untuk memenuhi panggilan wajib militer (tentara finland=finnish army). Di saat perang musim dingin pecah pada tahun 1939 antara Finlandia dengan Uni Soviet, Simo Hayha bergabung dengan Pasukan 6 Jaeger Regiment 34. Pada saat itulah Simo Hayha memulai tugasnya sebagai seorang sniper. Pertarungan antara tentara Finlandia dengan tentara merah Uni Soviet (Soviet Red Army) di sepanjang Sungai Kolla merupakan salah satu pertarungan heroik bangsa Finlandia, dimana 32 tentara Finlandia harus menghadapi 4000 tentara Uni Soviet. Pada saat itu pula Simo Hayha berhasil merontokkan 542 tentara Uni Soviet dan menjadikan perbukitan di sepanjang sungai Kolla sebagai “Killer Hill” bagi tentara Uni Soviet. Ia bertempur dalam kondisi suhu yang sangat ekstrim antara -20 sampai -40 derajat Celsius dengan pakaian kamuflase berwarna serba putih.
Simo Hayha menggunakan senapan M28 dalam aksinya, yang merupakan varian dari senapan Mosin Nagant Uni Soviet. Hal yang sangat unik dan hebat adalah Simo Hayha tidak pernah menggunakan scope (teleskop) seperti yang biasa sniper gunakan pada umumnya, tapi Ia hanya menggunakan pisir pembidik (Iron Sight) untuk membidik korbannya dan masih dapat menembak dengan tepat sampai jarak lebih dari 400m. Tentunya bukan tanpa alasan bahwa ia tidak menggunakan teleskop untuk membidik, ia berpendapat bahwa lensa teleskop dapat memantulkan cahaya matahari yang dapat membongkar penyamaran seorang sniper, selain itu cuaca dingin bisa menimbulkan embun pada lensa teleskop yang dapat mengganggu bidikan. Simo Hayha juga menggunakan senapan Suomi K-31 SMG (Small Machine Gun) dalam aksinya dan menurut sumber yang tidak diketahui, ia telah membunuh hampir 200 tentara Uni Soviet menggunakan senapan ini.
" The White Death", nama yang diberikan oleh tentara Russia ketika mengetahui puluhan pasukan mereka tewas oleh hanya seseorang dengan pakaian kamuflase putih dan sepucuk senapan. Kecemasan mulai melanda pasukan Russia dan misi-misi pun dijalankan hanya untuk membunuh seorang penembak jauh misterius.
Ketika pasukan khusus yang dikirim Russia untuk menghabisi Hayha semua tewas, Russia mengumpulkan sebuah tim counter-snipers untuk mengimbangi kemapanan Hayha dalam menembak jauh. Namun tidak ada satu pun dari mereka yang selamat dari bidikannya. Dalam masa 100 hari, Hayha membunuh 542 prajurit dengan senapannya. 150 lainnya dia habisi dengan SMG. Total kill-countnya mencapai 705 orang.
Pada akhirnya, tidak ada satupun prajurit Russia yang berani mendekati area-area dimana Hayha diperkirakan bersembunyi. Tentara Russia kemudian melaksanakan carpet-bombing di area-area yang diperkirakan sebagai tempat Hayha bersembunyi. Namun Hayha berhasil selamat dari taktik carpet-bombing Russia yang dilancarkan hanya untuk dirinya seorang.
Mungkin anda bertanya mengapa foto diatas wajah Simo agak aneh?
Pada tanggal 4 Maret 1940 nyawanya nyaris melayang setelah rahangnya dihantam sebuah peluru. Ditemukan dan dibawa kembali ke markas, setengah dari kepala Hayha telah hancur. The White Death telah berhasil dihentikan...
Peluru itu menghancurkan wajah sebelah kiri Simo, teman satu regunya pun sempat mengatakan 'Setengah wajahnya hilang!!' saat mereka menolong Simo. Ia mengalami koma hingga akhirnya ia tersadar tujuh hari kemudian, tak lama setelah perang berakhir Atas jasanya yang besar, pangkatnya dinaikkan dari kopral menjadi letnan satu oleh Field Marshal Carl Gustav Emil Mannerheim, pimpinan tertinggi militer Finlandia pada saat itu. Simo Hayha meninggal pada tanggal 1 April 2002 pada usia 96 tahun.
Saat di wawancarai pada tahun 1998 bahwa bagaimana ia bisa menjadi penembak yang baik?, ia menjawab, 'Practice.' Saat ia ditanya apakah anda menyesal telah membunuh banyak orang?, ia menjawab 'I did what I was told to as well as I could.'
Hayha kemudian melewati masa-masa tuanya sebagai pemburu dan peternak anjing setelah perang dunia kedua berakhir.
Hayha menghabisi ratusan prajurit Russia dengan hanya latihan militer tingkat dasar dari masa 1 tahun wajib militernya. Dan dia melakukan semuanya di suhu minus 40 derajat, ditemani sepucuk senapan.
Karena banyak yg bertanya "Setengah kepalanya kan hancur? kok bisa selamat?"
Berikut ini penjelasan dari Wikipedia mengenai 'hancurnya' setengah kepala Hayha, "It took several years for Häyhä to recuperate from his wound. The bullet had crushed his jaw and blown off his left cheek. Nonetheless, he made a full recovery and became a successful moose hunter and dog breeder after World War II."